Kamis, 31 Desember 2009

10 Tips to better print design

With these tips I hope to help novice designers on their way to better print design. The tips are for print design in general: doesn't matter if it's a brochure or a poster or a identity. In no particular order.

1 Remember to bleed

The bleed is the part on the side of your document that gives your printer that small amount of space to move around paper and design inconsistencies. No matter what guidelines they have on their site, the printer will use anything you throw at them. A 3mm bleed on all sides is a safe standard for your work.
The settings in InDesign are right there in the new file dialog… but hidden! You need to hit the 'more options' button before they become visible. If you already have a document open you can find them in the file > document setup dialog. Read more in the article What is bleed.







Bleed settings in Adobe InDesign

2 Overprint is fun

Is your budget limiting you to only 2 Pantone(PMS) colors? No problem. Try to experiment with overprint options to get a look with more depth with a limited color palette.
You can even work with photographs with only 2 Pantone's, just do them in duotone or monotone. 3 Think outside the paper The human mind fills in gaps and will see the bigger picture if you aim for it. Using the border of your paper can be great fun and another tool to work with.



















Thinking inside…



















Thinking outside…


Obviously, this is not the final solution to all your design problems. It should help you to see that your work doesn't end at the edge of the paper.
4 Paper size standards are great, but don't let them hold you back Square booklets, for instance, make for a more interesting reading experience, while smaller sizes (A5 for example) are much easier to take with you. Fly away from that standard A4 and take some risks.

5 People read
In conflict with some designers of the last 5 years I still think form follows function. This means in print design: If your working on something that contains textual content concentrate on the content. You should use typography as a
element in your design, however you should always aim for optimal readability.

6 Amount of content: less is more
If you have some kind of idea that there's too much on your page; there is indeed to much on your page. Define what's really necessary and remove any visual noise. It may sound cliche but it's true: less is more. If the client makes you cram too much content on one page, tell them.

7 Stick to the grid
Working with grids is the key to any good design. Using it's proportional relations, composition guidelines for the base of your design is a good idea.
A simple but well excecuted 3-column grid in a magazine Don't always go for the standard 3-column setup. A 7 column setup offers a lot of playful combinations… 2 column overlaps, a 3/3/1 setup with a sidebar and so on…











8 Typography is king
If the typographical setup is bad, no amount of lines or other elements will fix it. The fonts you use the most in your project set the voice for it's overall feel: don't pick the first font you like; think about what voice it should have and the best way to communicate this to your target audience. You can have a lot of fun with the basic well designed fonts: Helvetica, Swiss or Akzidenz Grotesk will save you from the worst typographic horror-scenario's.
It takes a while to get to know a font. A good way to get good with a particular font is to pick a list of 5 to 8 fonts you think could work for you and concentrate on those. That's also a good way to find out which fonts mix and which won't.

9 Invert
Need to give a bigger impact to a quote or logo? Invert it. White on black (or on any dark color for that matter) will always give your design or typography more strength.








Normal









Inverted

Be careful with smaller type sizes (8pt. and lower) as these will be possible problems for your printer as ink always flows around a little when just printed. This effect is called trapping. Of course this all depends on what kind of paper it's printed on, printing speed and other factors. Ask your printer about exceptions.

10 Be demanding about photographic content
You should always demand high quality source material to work with. When working with photographic content for example the "trash in, trash out" rule applies. A good photo can take your work to another level, a badly lit low resolution photo will ruin your work. Most clients will send you what they have for grabs… most of the time they don't understand quality or image resolutions. Bug them a bit and they'll magically come up with better material.

Kamis, 24 Desember 2009

Give Books Give Smiles // Bloggers Unite

Give Books Give Smiles // Bloggers Unite

Posted using ShareThis

Mengenal PostScrip dan PDF File

Bagi mereka yang awam dalam bidang ‘Digital Imaging’, perbedaan antara PostScript dan PDF (Portable Document Format) boleh jadi membingungkan. Faktanya, pernah ada kabar yang menyatakan bahwa PDF sebagai pengganti PostScript. Pernahkah Anda berpikir mengapa?

Marilah kita mulai dengan sebuah definisi tentang apa PostScript dan PDF pada tingkat yang paling dasar.

Masalah bahasa
Pertama, mari kita lihat PostScript. PostScript adalah sebuah bahasa pemrograman yang didedikasikan untuk mendeskripsikan sebuah halaman, lanyaknya bahasa pemrograman yang dipergunakan teknisi software membuat aplikasi. Faktanya, Anda dapat melakukan percobaan sendiri. Buatlah sebuah dokumen baru dalam Adobe Illustrator dan gambarlah sebuah kotak. Simpanlah file tersebut, lalu bukalah file tersebut dengan aplikasi text. Anda akan melihat sebuah ‘program’ yang ditulis dengan menggunakan bahasa PostScript yang mendefinisaikan dimensi sebuah halaman serta menggambar sebuah kotak di halaman tersebut.

Pada masa awal dari PostScript, menggambar hanya dapat dilakukan dengan mengetik perintah-perintah PostScript secara manual. Pemrogram akan membaca PostScript Language Reference Manual, dan mengetik ‘code’ PostScript dalam sebuah file text, lalu mengirim file tersebut ke printer untuk diproses. Illustrator adalah ‘Antarmuka Grafis PostScript’ yang pertama, mirip dengan apa yang dilakukan Microsoft Windows 1.0 merupakan ‘Antarmuka Grafis’ pada sistem operasi MS/DOS. Designer dapat menggambar dengan menggunakan perangkat grafis yang ada di dalam Illustrator yang mana secara otomatis menuliskan program PostScriptnya.

Jadi, kita telah mengkokohkan PostScript adalah sebuah bahasa pemrograman seperi BASIC, Fortran atau C++. Tapi tidak seperti bahasa-bahasa pemrograman lainnya, PostScript adalah sebuah bahasa pemrograman yang dirancang untuk mengerjakan satu hal: Mendeskripsikan secara sangat akurat seperti apa sebuah halaman ditampilkan.

Setiap bahasa pemrograman membutuhkan sebuat pengolah untuk menjalankan perintah. Pengolah untuk PostScript adalah kombinasi Software dan Hardware yang umumnya ada dalam sebuah printer, dan kita namakan ini sebuah RIP – Raster Image Processor atau Pengolah Gambar Raster. Sebuah RIP mengolah perintah-perintah PostScript dan menjadikannya rangkaian titik-titik pada halaman. Jadi sebuah Printer PostScript adalah alat yang membaca, mengintepretasikan program PostScript serta memproduksi informasi grafis yang tercetak di kertas, film atau plate.

Disamping itu, AGM - Adobe Graphics Model yang digunakan dalam InDesign - juga adalah sebuah RIP: Yang pada dasarnya mengolah instruksi-instruksi PostScript dan “mencetak” hasilnya pada layar sebagai pengganti kertas. Dibandingkan dengan aplikasi tata letak halaman dari pembuat lainnya, yang menggunakan tampilan secara bitmap, Illustrator adalah sebuah cara menampilkan halaman yang lebih akurat-cetak. Ini benar-benar WYSIWYG yang nyata (apa yang ditampilkan adalah sama dengan apa yang dicetak). Benar-benar hebat.

Jadi, jika PostScript adalah bahasa pemrograman dan sebuah RIP adalah apa yang mengolah bahasa ini, kemudian apakah sebuah Encapsulated PostScript File, atau EPS itu? Sederhananya, sebuah file EPS adalah sebuah program PostScript, yang disimpan sebagai sebuah file tunggal yang menyertakan sebuah tampilan resolusi rendah “encapsulated” didalamnya, membuat beberapa program dapat menampilkannya pada layar. InDesign tidak memerlukan tampilan awal ini, karena ia memiliki sebuah RIP terpasang didalamnya, yang membuatnya dapat membuka file-file PostScript (dan Illustrator) secara langsung.

Satu cara untuk menggunakan PostScript adalah dengan membuat file itu dan menyimpannya dalam cakram sebagai satu file PostScript tunggal yang dapat dikirim ke sebuah Percetakan. Cara lainnya adalah dengan membuat file EPS sebagai cara untuk menyimpan dan menyebarluaskan grafik. Di sinilah banyak orang yang kebingungan. Ketika anda mendengar orang mengatakan bahwa PDF adalah “penganti” PostScript, apa yang mereka mungkin maksudkan adalah bahwa PDF adalah sebuah pengganti untuk file PostScript dan EPS yang tersimpan. PDF bukan sebuah pengganti untuk bahasa PostScript atau pengolah PostScript yang ada didalam printer, imagesetter, dan platesetter.

Sebuah format yang lebih pintar
Dengan pemahaman yang mantap tentang PostScript, mari kita melihat PDF. PDF hanya sebuah format file, seperti halnya file EPS atau Ilustrator. PDF adalah sebuah format file, seperti EPS atau file Illustrator pada umumnya. Hanya saja PDF dibentuk lebih komplek dari sekedar bahasa PostScript yang hanya untuk mendeskripsikan sebuah halaman. PDF bisa lebih dari itu, selain untuk menggambarkan bagaimana sebuah halaman ditampilkan PDF juga memuat bagaimana halaman tersebut berkelakuan dan informasi apa saja yang terkandung dalam file tersebut. Jadi PDF adalah sebuah format file yang lebih pintar dari EPS. Sebuah file PDF dapat memuat jenis huruf, gambar, instruksi cetak, kata kunci untuk proses mencari dan pemberian index, tiket pekerjaan, hiperlink interaktif, gambar bergerak dan sebagainya.

Sebuah keuntungan tambahan
Jadi mengapa PDF lebih unggul dibandingkan dengan PostScript? Sebuah file PDF sebenarnya adalah sebuah file PostScript yang sudah diinterpretasikan melalui sebuah RIP dan dibuat menjadi obyek-obyek yang didefinisikan secara jelas. Obyek-obyek tersebut dapat ditampilan pada semua orang di atas layar berupa obyek visual bukan huruf-huruf perintah seperti sebuah program aplikasi. Karena file-file PDF sudah diinterpretasikan oleh RIP, mereka lebih bisa dipercaya daripada sebuah file EPS atau .PS ketika dicetak. Sebagai tambahan, karena file EPS dan file .PS mudah dikonversi ke PDF serta ditampilkan di layar, percetakan dapat memanfaatkan file PDF ini untuk mengontrol dan memeriksa setelah proses interpretasi dan sebelum dikirim ke alat cetak mereka. Disini mereka dapat melihat kesalahan yang terjadi tanpa harus menghamburkan kertas, film atau plate. Ini juga akan menghemat waktu kerja bagi mereka yang menjalankan usaha jasa percetakan dan hasilnya adalah file yang bisa mencetak lebih cepat, lebih akurat dan lebih sedikit kesalahan.

Untuk mencetak file PDF, alat printer masih perlu untuk me-render obyek-obyek PDF kedalam halaman dan sebuah printer PostScript dapat melakukan perenderan yang paling dapat diandalkan. Beberapa Printer PostScript tidak hanya mengenal PostScript melainkan juga file PDF original. Dan beberapa Printer PostScript menggunakan sebuah teknologi yang kami namakan Extreme yang dapat mengkonversi semua pekerjaan kedalam file PDF sebelum pencetakan. (Agfa, Creo, Heidelberg dan Scitex telah mengumumkan sistem alur kerja pencetakannya berdasarkan Extreme.)

Adobe Acrobat - perangkat kami untuk memperkaya dan memodifikasi sebuah file PDF – bisa mencetak ke printer non-PostScript dengan menginterpretasikan file PDF kedalam bahasa printer tersebut. Namun bahasa-bahasa ini tidak dapat diandalkan ataupun seakurat Adobe PostScript yang sesungguhnya, jadi para ahli menggunakan sebuah pengolah PostScript untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

Memuaskan hingga akhir
Inti artikel ini adalah bahwa PDF itu dapat dipergunakan sebagai pengganti format file untuk EPS dan PDF itu dapat dipergunakan sebagai format pengantaran untuk mengirim publikasi utuh ke percetakan. PDF juga cocok untuk soft-proofing, penyebarluasan di internet dan pengarsipan file, karena PDF mengandung semua instruksi secara utuh di dalamnya. Tapi untuk mencetak PDF yang terbaik adalah menggunakan peralatan dengan kemampuan Adobe PostScript sesungguhan untuk menhasilkan Output mutu yang terbaik.

Sebagian besar percetakan adalah “Ramah-PDF” akan memiliki aplikasi pihak-ketiga yang mengambil file-file PDF, menyusun, memberikan ‘Trapping’, menguji-coba lalu mengirim mereka ke RIP. Karena perangkat-perangkat tersebut menjadi semakin canggih, lebih banyak orang memberikan file-file PDF mereka untuk pencetakan. Tentu saja aplikasi Adobe masih mendukung file-file EPS yang sudah menjadi bagian dari sistem alur kerja penerbitan yang profesional, tetapi untuk selanjutnya anda dapat memikirkan untuk mengexport file-file publikasi anda kedalam format PDF. Apabila anda bekerja dengan percetakan anda dan merencakan dengan benar maka anda akan mendapatkan hasil yang lebih baik.

(adobe.com)


Sabtu, 19 Desember 2009

Kenali Format File yang Tepat untuk Image/Gambar

Bagi para perancang grafik (graphic designer) pemula, mungkin merasa sulit membedakan antara format yang satu dengan yang lain. Terkadang juga salah dalam memilih format file, karena masing-masing format file memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebagai contoh, untuk keperluan web Anda disarankan menggunakan format file jpg, png, maupun gif. Mengapa?

Berikut penjelasan beberapa format file untuk menyimpan dokumen pada aplikasi photoshop :

PSD (Photoshop Document)
Format file ini merupakan format asli dokumen Adobe Photoshop. Format ini mampu menyimpan informasi layer dan alpha channel yang terdapat pada sebuah gambar, sehingga suatu saat dapat dibuka dan diedit kembali. Format ini juga mampu menyimpan gambar dalam beberapa mode warna yang disediakan Photoshop. Anda dapat menyimpan dengan format file ini jika ingin mengeditnya kembali.

BMP (Bitmap Image)
Format file ini merupakan format grafis yang fleksibel untuk platform Windows sehingga dapat dibaca oleh program grafis manapun. Format ini mampu menyimpan informasi dengan kualitas tingkat 1 bit samapi 24 bit. Kelemahan format file ini adalah tidak mampu menyimpan alpha channel serta ada kendala dalam pertukaran platform. Untuk membuat sebuah objek sebagai desktop wallpaper, simpanlah dokumen Anda dengan format file ini. Anda dapat mengkompres format file ini dengan kompresi RLE.
Format file ini mampu menyimpan gambar dalam mode warna RGB, Grayscale, Indexed Color, dan Bitmap.

EPS (Encapsuled Postcript)
Format file ini merupakan format yang sering digunakan untuk keperluan pertukaran dokumen antar program grafis. Selain itu, format file ini sering pula digunakan ketika ingin mencetak gambar. Keunggulan format file ini menggunakan bahasa postscript sehingga format file ini dikenali oleh hampir semua program persiapan cetak.
Kelemahan format file ini adalah tidak mampu menyimpan alpha channel, sehingga banyak pengguna Adobe Photoshop menggunakan format file ini ketika gambar yang dikerjakan sudah final. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, CMYK, Lab, Duotone, Grayscale, Indexed Color, serta Bitmap. Selain itu format file ini juga mampu menyimpan clipping path.

JPG/JPEG (Joint Photographic Expert Group)
Format file ini mampu mengkompres objek dengan tingkat kualitas sesuai dengan pilihan yang disediakan. Format file sering dimanfaatkan untuk menyimpan gambar yang akan digunakan untuk keperluan halaman web, multimedia, dan publikasi elektronik lainnya. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, CMYK, dan Grayscale. Format file ini juga mampu menyimpan alpha channel, namun karena orientasinya ke publikasi elektronik maka format ini berukuran relatif lebih kecil dibandingkan dengan format file lainnya.

GIF (Graphic Interchange Format)
Format file ini hanya mampu menyimpan dalam 8 bit (hanya mendukung mode warna Grayscale, Bitmap dan Indexed Color). Format file ini merupakan format standar untuk publikasi elektronik dan internet. Format file mampu menyimpan animasi dua dimensi yang akan dipublikasikan pada internet, desain halaman web dan publikasi elektronik. Format file ini mampu mengkompres dengan ukuran kecil menggunakan kompresi LZW.

TIFF (Tagged Image Format File)
Format file ini mampu menyimpan gambar dengan kualitas hingga 32 bit. Format file ini juga dapat digunakan untuk keperluan pertukaran antar platform (PC, Machintosh, dan Silicon Graphic). Format file ini merupakan salah satu format yang dipilih dan sangat disukai oleh para pengguna komputer grafis terutama yang berorientasi pada publikasi (cetak). Hampir semua program yang mampu membaca format file bitmap juga mampu membaca format file TIF.

PCX
Format file ini dikembangkan oleh perusahaan bernama Zoft Cooperation. Format file ini merupakan format yang fleksibel karena hampir semua program dalam PC mampu membaca gambar dengan format file ini. Format file ini mampu menyimpan informasi bit depth sebesar 1 hingga 24 bit namun tidak mampu menyimpan alpha channel. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, Grayscale, Bitmpa dan Indexed Color.

PDF (Portable Document Format)
Format file ini digunakan oleh Adobe Acrobat, dan dapat digunakan oleh grafik berbasis pixel maupun vektor. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, CMYK, Indexed Color, Lab Color, Grayscale dan Bitmap. Format file ini tidak mampu menyimpan alpha channel. Format file ini sering menggunakan kompresi JPG dan ZIP, kecuali untuk mode warna Bitmap yaitu menggunakan CCIT.

PNG (Portable Network Graphic)
Format file ini berfungsi sebagai alternatif lain dari format file GIF. Format file ini digunakan untuk menampilkan objek dalam halaman web. Kelebihan dari format file ini dibandingkan dengan GIF adalah kemampuannya menyimpan file dalam bit depth hingga 24 bit serta mampu menghasilkan latar belakang (background) yang transparan dengan pinggiran yang halus. Format file ini mampu menyimpan alpha channel.

PIC (Pict)
Format file ini merupakan standar dalam aplikasi grafis dalam Macintosh dan program pengolah teks dengan kualitas menengah untuk transfer dokumen antar aplikasi. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB dengan 1 alpha channel serta Indexed Color, Grayscale dan Bitmap tanpa alpha channel. Format file ini juga menyediakan pilihan bit antara 16 dan 32 bit dalam mode warna RGB.

TGA (Targa)
Format file ini didesain untuk platform yang menggunakan Targa True Vision Video Board. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB dalam 32 bit serta 1 alpha channel, juga Grayscale, Indexed Color, dan RGB dalam 16 atau 24 bit tanpa alpha channel. Format file ini berguna untuk menyimpan dokumen dari hasil render dari program animasi dengan hasil output berupa sequence seperti 3D Studio Max.

IFF (Interchange File Format)
Format file ini umumnya digunakan untuk bekerja dengan Video Toaster dan proses pertukaran dokumentasi dari dan ke Comodore Amiga System. Format file ini dikenali hampir semua program grafis yang terdapat dalam PC serta mampu menyimpan gambar dengan mode warna Bitmap. Format file ini tidak mampu menyimpan alpha channel.

SCT (Scitex Continous Tone)
Format file ini digunakan untuk menyimpan dokumen dengan kualitas tinggi pada komputer Scitex. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB, CMYK, dan Grayscale namun tidak mampu menyimpan alpha channel.

PXR (Pixar)
Format file ini khusus untuk pertukaran dokumen dengan Pixar Image Computer. Format file ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna RGB dan Grayscale dengan 1 alpha channel.

RAW
Format file ini merupakan format file yang fleksibel untuk pertukaran dokumen antar aplikasi dan platform. Format file ini mampu menyimpan mode warna RGB, CMYK, dan Grayscale dengan 1 alpha channel serta mode warna Multichannel, Lab Color dan Duotone tanpa alpha channel.

DCS (Dekstop Color Separation)
Format file ini dikembangkan oleh Quark dan merupakan format standar untuk .eps. Format ini mampu menyimpan gambar dengan mode warna Multichannel dan CMYK dengan 1 alpha channel dan banyak spot channel. Format file ini mampu menyimpan clipping path dan sering digunakan untuk proses percetakan (publishing). Ketika menyimpan file dalam format ini maka yang akan tersimpan adalah 4 channel dari gambar tersebut dan 1 channel preview.

FORMAT KOMPRESI
Beberapa program terutama yang berorientasi pada publikasi elektronik dan multimedia selalu memerlukan format file yang berukuran kecil agar ketika dibuka tidak akan lambat. Untuk keperluan tersebut diperlukan kompresi.
Berikut ini format file yang berorientasi publikasi elektronik dan multimedia dengan kompresinya masing-masing.

RLE (Run Length Encoding)
Kompresi ini mampu mengkompres file tanpa menghilangkan detail. Digunakan oleh Adobe Photoshop, TIFF dan sebagian besar program yang terdapat dalam Windows.

LZW (Lemple-Zif-Welf)
Sama seperti kompresi RLE, kompresi ini juga mampu mengkompres file tanpa menghilangkan detail. Kompresi ini digunakan oleh TIFF, PDF, GIF, dan format yang mendukung bahasa postscript. Kompresi ini sangat baik untuk mengkompres gambar dengan area besar yang menggunakan 1 warna.

JPG (Joint Photographic Experts Group)
Format ini mengkompres file dengan menghilangkan detail. Format file ini sering digunakan oleh JPG, PDF, dan format yang menggunakan bahasa postscript. Kompresi ini sangat baik digunakan untuk gambar dengan continous tone seperti foto.

CCIT
CCIT merupakan singkatan dari bahasa Perancis yang dalam bahasa Inggris disebut International Telegraph and Telekeyed Consultive Commitee.
Kompresi ini digunakan untuk mengkompres gambar hitam putih, dan mampu mengkompres file tanpa menghilangkan detailnya. Kompresi ini sering digunakan oleh PDF dan format lain yang menggunakan bahasa postscript.

Ketika menyimpan dokumen pada format file yang tidak dapat menyimpan informasi layer, maka Anda harus mengubah gambar tersebut menjadi flatten (digabung menjadi satu gambar) image terlebih dulu.

Format file yang dapat menyimpan mode warna Duotone hanyalah EPS, RAW, dan PSD. Oleh karena itu, ketika ingin menyimpan dalam format lain maka Anda harus mengubah mode warnanya terlebih dulu, menjadi RGB bila dokumen tidak ingin dicetak, karena informasi Duotone-nya akan diuraikan menjadi RGB.

Format file yan dapat menyimpan mode warna Lab Color hanyalah PSD, RAW, TIF, PDF, dan EPS. Format file yang dapat menyimpan mode warna CMYK hanyalah PSD, RAW, EPS, TIF, JPG, PDF, dam SCT.

Mode warna Indexed Color dapat menyimpan beberapa format file sesuai seting indexed color-nya.

Mode warna RGB dapat disimpan pada semua format file yang ada di Adobe Photoshop

Format File yang direkomendasikan untuk keperluan sebuah Design adalah :

PSD : untuk dokumen yang masih ingin diedit kembali
EPS : untuk dokumen yang sudah final untuk persiapan cetak
JPG : untuk cetak dengan kompresi di atas 8 bit dan untuk foto dalam web dengan kompresi di bawah 5.
GIF : untuk ilustrasi dan animasi pada halaman web.
TIF : untuk cetak, pertukaran dokumen antar platform serta sequence animasi


Jumat, 18 Desember 2009

Tips & Konsep Konversi Warna

Warna pada dasarnya merupakan bentukan 3 dimensi, sehingga disebut sebagai "color space". Untuk merepresentasi bentukan warna 3 dimensi ini dibutuhkan 3 sumbu, bisa RGB, CMY, Lab, HLS, dll. Kemampuan mata melihat memiliki gamut warna yang paling besar, kemudian RGB lebih kecil dan CMY lebih kecil lagi sehingga saat mengkonversi warna ke RGB dan CMY akan terlihat agak kusam (baca: tampilan di monitor).

Tetapi ada warna2 yang ada di CMY yang tidak bisa direpresentasi RGB dengan akurat misalnya warna yellow 100%, cyan 100% dan magenta 100%. Sebaliknya ada cukup banyak warna2 RGB yang TIDAK AKAN pernah ditampilkan dengan akurat misalnya ungu, hijau menyala, dll.





















CMYK vs RGB

CMY atau CMYK adalah model warna penintaan (substractive color mode), warna2 primernya (Cyan, Magenta, Yellow, BlacK) tergantung pada pigment pada tinta & substrate yang dicetak. Sebagai catatan, printer dan cetakan hanya merupakan "output devices".

RGB adalah model warna pencahayaan (additive color mode) dipakai untuk "input devices" seperti scanner maupun "output devices" seperti display monitor, warna2 primernya (Red, Blue, Green) tergantung pada teknologi alat yang dipakai seperti CCD atau PMT pada scanner atau digital camera, CRT atau LCD pada display monitor.

Kedua model warna CMYK maupun RGB adalah tidak "merdeka", artinya CMYK tergantung pada proses cetak, pigment, substrate & sedangkan RGB tergantung pada kapasitas teknologi peralatan yang dipakai; artinya kalau kita mempunyai data warna R 180, maka pada 2 monitor yang berbeda kita mendapatkan persepsi yang berbeda pula, karena sangat sulit untuk menstimulasikan 2 monitor yang berbeda - apalagi kalau teknologi yang dipakai berbeda pula.

Karena pemanfaatan RGB itu biasanya dikontrol oleh pabrik alat, maka relatif lebih mudah bagi tim riset dan pengembangan pabrik alat tersebut untuk meningkatkan kemampuan alatnya agar dapat mencapai mutu yang tinggi dengan toleransi yang rendah.

Lain halnya dengan model warna CMYK ,khusus untuk cetak konventional, tinta diproduksi oleh pabrik tinta dan dicetak oleh percetakan menggunakan barbagai macam kertas. Proses reproduksi warna dilakukan dengan berbagai macam parameter, dan hasilnya pun dibawa kemana-mana untuk evaluasi -yang sering dibawah kondisi penerangan yang berbeda-beda - masalah metameri - sehingga menimbulkan banyak silang pendapat.

UCR vs GCR
Secara teoritis menggabungkan warna red, green dan blue dalam jumlah sama akan menghasilkan abu2 netral, sehingga red 50%, green 50% dan blue 50% bisa digantikan hanya oleh tinta black 50%. Photoshop mengenal UCR (Under Color Removal) dan GCR (Gray Component Replacement), artinya pada UCR hanya warna-warna shadow yang digantikan oleh tinta hitam, sedang pada GCR sejak dari warna abu-abu sudah akan digantikan oleh tinta hitam. Default Photoshop adalah GCR Medium.

UCR maupun GCR digunakan oleh Photoshop sebagai parameter apabila kita hendak mengkonversi RGB ke CMYK. Mempelajari lebih lanjut penggunaan UCR maupun CGR tergantung pada proses cetak, sehingga kita mendapatkan parameter yang paling sesuai dengan cetakan.

Saya mempunyai trik mengkonversi 1 gambar dengan 2 macam proses konversi; (1) biasanya saya pilih text hitam dan mengkonversi ke CMYK dengan Black Maximum, lalu (2) hasil Black tersebut kita "merge" ke hasil konversi gambar lainnya, sehingga text akan muncul 100%K overprint, tidak bolong. Hanya perlu diingat pada perhitungan GCR tidak berlaku 50%C + 50%M + 50%Y = grey, disini Photoshop menggunakan parameter standard tinta international (ISO dll.). Oleh karenanya, bila tinta yang kita gunakan tidak standard, maka konversi RGB ke CMYK menjadi issue yang ramai. Dengan kata lain, tidak ada satu solusi yang dapat memecahkan problem tersebut, mengingat banyak faktor yang tidak terukur atau standar.

Tips Konnversi
Jadi secara sederhana jangan harapkan warna RGB akan dikonversi sempurna ke CMYK. Tetapi perlu diingat bahwa warna adalah tampil dalam konteksnya, sehingga pada kebanyakan problem sesungguhnya bukanlah warna RGB tidak bisa dikonversi dengan baik, tetapi warna terlihat kusam karena impuritas warna.

Logikanya demikian, warna CMYK yang terdiri atas lebih dari 2 channel akan tampil kusam. Contoh magenta 100% yellow 100% akan tampil sebagai warna merah yang pekat, tetapi menggunakan magenta 100% yellow 100% dan cyan 10% akan memberikan kesan kusam.

Jadi untuk menghindari warna tampil kurang bagus atau kusam, caranya adalah setelah mengkonversi ke CMYK, tambahkan saturasi kira2 10-20 dengan fungsi Image>Adjust>Hue/Saturation (Ctrl/Cmd + U)

Tidak ada yang salah dengan konversi RGB ke CMYK di Photoshop. Yang menjadi masalah adalah kurangnya pengetahuan kita tentang warna.

Tips:
1. Simpanlah data warna original dan jangan mengkonversi warna jika tidak dibutuhkan, baik Lab --> RBG --> CMYK ataupun sebaliknya.
2. Konversi warna hanya digunakan pada saat terakhir, apabila kita akan membuat film separasi atau CTP.
3. Gunakan model data CMYK sebagai input untuk membuat Digital Proofing, jadi mohon maaf jangan membuat Digital Proofing kalau kita tidak tahu mau diapakan gambarnya. Target Profile harus jelas sekali, dan proses konversi RGB ke CMYK harus "identical" untuk digital proofing maupun pembuatan film separasi atau CTP, kemudian baru lakukan software proofing seperti dengan GMG, EFI, ORIS dll. untuk mengkonversi CMYKtarget ke CMYKproof.

"Mapping" Color Management
Dalam Color Management saat melakukan konversi RGB ke CMYK standar Photoshop, maka diperhitungkan gamut dari perangkat output saat melakukan "mapping" warna dari RGB ke CMYK. Kelebihannya adalah semua warna RGB akan dicoba "mapping" ke CMYK dan tidak ada warna yang cenderung flat karena di luar gamut. Kekurangannya adalah jika gambar asli tidak dikoreksi dengan optimal hasilnya malah akan cenderung kusam. Oleh karena itu saat menggunakan color management terdapat "rendering intent" yang berbeda-beda, jika anda mengkonversi gambar kartun, foto atau ilustrasi. Sebagai catatan, biasanya warna kartun adalah warna pastel, sebaiknya dalam GCR menggunakan Black minimum, kecuali skets hitamnya.

Bit Depth
Metafora bit depth adalah mainan LEGO. Perbedaan Lego orang dewasa dan anak kecil adalah lego orang dewasa berukuran kecil. Untuk merepresentasi bentukan color space 3 dimensi dari warna bayangkan kita ingin membuat bola dengan lego untuk orang dewasa dan anak kecil. Bola yang dibuat dengan lego orang dewasa akan menghasilkan transisi bola yang lebih halus.

Bekerja dengan bit depth tinggi akan memberikan kemungkinan hasil akhir yang lebih baik. Tetapi pada kebanyakan gambar hal ini tidak akan banyak berpengaruh. Bit depth tinggi sangat diperlukan untuk kondisi koreksi yang ekstrim atau kondisi gambar tidak ideal.

Raw
Raw komparasinya adalah film negative sehingga color spacenya lebih besar dari TIFF maupun JPG. TIFF dan JPG komparasinya adalah slide positif, artinya "what you see is what you get." Sedang dengan RAW, kita menyimpan data secara lengkap sehingga ketika dibuka bisa dipilih seperti halnya kita mencetak film negatif bisa dipilih lebih terang/gelap, diatur warnanya.

Memilih film negatif dan slide positif tidak ada benar dan salah, yang ada
tinggal preferensi fotografer.

MAC atau PC?
Semua representasi warna secara matematis di PC dan Mac adalah SAMA. Masalah utama adalah representasi visual, bukan file aslinya. Jadi bekerja dengan Mac dan PC BISA MENGHASILKAN OUTPUT YANG SAMA.

Keuntungan menggunakan Mac adalah monitor Mac secara default sudah dirancang untuk memiliki gamma (baca:kontras dan gelap terang) seperti kertas di mana warna putih tidak terlalu putih dan warna gelap tidak terlalu pekat. Sedang monitor PC secara default disimulasikan untuk kondisi elektronik seperti televisi yang kontras jauh lebih tinggi. Oleh karena warna yang sama akan tampil di monitor PC lebih kontras dan lebih gelap dibanding ditampilkan di monitor Mac.

Solusinya adalah melakukan kalibarasi sederhana menggunakan Adobe Gamma yang ada di Control Panel di mana monitor PC dikalibrasi menggunakan gamma 1.8, bukan 2.2 yang merupakan default dari monitor PC.

Memaksakan display monitor dengan cetakan adalah investasi yang besar sekali, mungkin banyak yang tidak setuju dengan saya dalam hal ini. Kepercayaan berlebihan terhadap display monitor (Soft proofing) dapat menimbulkan masalah karena SDM kurang paham & mengandalkan supplier untuk mengkalibrasi monitor dan perlu diingat jarang sekali color monitor yang dapat mengukur temperatur warna secara otomatis, jadi penggunaan Gamma tidak menjamin kalibrasi monitor berfungsi sempurna.

Oleh: Andi S. Boediman & Herman Pratomo (FGD)

Senin, 14 Desember 2009

Standar Cetak

Standar cetak kadang menjadi kontroversi bagi sebagian pelaku industri cetak, karena tidak dilihat secara menyeluruh dari aspek industri cetak. Namun yang pasti standard cetak saat ini sudah menjadi tren industri cetak dan kebutuhan bagi para pelaku cetak, terlebih barang cetak sudah menjadi suatu barang komoditi dalam artian diproduksi masal - karena jumlah besar dan dimultiplikasi secara konsisten.

Bagi anda "print buyer" dan percetakan, maka standar cetak baik yang ditetapkan oleh ISO, SNAP, SWOP atau GRACoL patut ditilik dan dijadikan referensi.


Celaan atas standard cetak
Disamping argumen negatif yang mencela bahwa standar cetak akan membuat barang cetak menjadi barang komoditi, atau mengurangi nilai tambah. Ada 2 celaan lainnya yang umum kita dengar.

Pertama, standar cetak membuat kualitas cetak menjadi hal yang tidak penting atau kritis lagi, sebab semua orang atau pihak dapat membuat atau mengkopinya dengan gampang. Kedua, yang pada akhirnya standar cetak menghilangkan aspek unik suatu percetakan terhadap para pesaing lainnya.

Dunia cetak sudah lama bergerak dari seni menjadi industri, dengan kata lain tidaklah relevan lagi mendebat bahwa standar cetak menggiring barang cetak menjadi komoditi.

Standar cetak pada kenyataannya tidak membuat seluruh aspek percetak menjadi standar. Secara praktis standar cetak berfokus pada hal yang pokok atas kualitas, dibuat penetapan standar warna atau tinta, sementara tetap membuka peluang inovasi dalam aspek seperti desain, "linescreen", dan lain sebagainya.

Kenyataan dilapangan andaikan semua percetakan mempunyai kesempatan yang sama untuk mencetak suatu barang cetak yang standar, namun hanya seglintir percetakan - papan atas - saja yang mampu, yaitu mereka yang mumpuni dalam mengontrol keseluruhan proses dan secara konsisten mencetak terus menerus sesuai standar dari waktu ke waktu.

Standar cetak hanya berfokus pada kualitas, suatu perusahaan percetakan dinilai lebih atau unggul dari para pesaing lebih banyak karena pelayanan, kecepatan dan ketepatan menyelesaikan proyek dan seberapa andal memecahkan masalah atau komplain yang muncul.


Tantangan pembeli barang cetak
Jadi kalau sudah tahu bagaimana dinamika industri cetak, siapa takut dengan standar cetak?

Justru para pelaku cetak harus dapat memaksimalkan sisi positif yang diusung oleh standar. Sudah umum pembeli barag cetak tidak bisa mengandalkan satu percetakan saja, bisa karena masalah lokasi, luasnya area penyebaran barang cetakan yang harus disebar, keterbatasan kapasitas suatu percetakan, atau bahkan mengurangi ketergantungan terhadap satu percetakan.

Pembeli barang cetak seperti perusahaan iklan harus memikirkan material cetak dapat selesai saat kampanye promosi suati produk dimulai, karena kalau terjadi keterlambatan maka program iklan menjadi macet dan terganggu. Ujungnya unjuk kerja manager promosi bisa buruk dan karirnya tidak maju. Manajer promosi di Singapura harus mengontrol anggaran biaya promosi, kalau mencetak di Singapura dan harus dikirim ke Indonesia untuk program promosi di Indonesia pastilah tidak efisien.


Keuntungan buat pembeli barang cetak
Ada beberapa hal yang membuat anda para "print buyer" menjadi nyaman dan maksimal dalam bekerja;

(1) Mempunyai pegangan yang konkrit, efektif dan netral dalam proses "file preparation" dan "in-house proofing"; jelas, tidak ada faktor suka dan tidak suka.

(2) Menerima "proof" dari percetakan sesuai dengan yang diinginkan, semua faktor warna misalnya sudah baku; tidak ada lagi faktor kejutan ternyata hasil akhir cetakan berbeda.

(3) Mengurangi proses "proofing" yang sering harus bolak-balik dan mempercepat proses persetujuan naik cetak.

(4) Menselaraskan aspek-aspek yang diinginkan atau diharapkan dengan pihak percetakan. Hal ini layaknya kita naik taxi, saat duduk dalam mobil kita memberi tujuan tempat dan kadang kala juga jalan yang akan dilalui ke sopir taxi, kalau tidak - maka sopir taxi akan mutar-mutar tidak keruan, atau sampai ketujuan namun sudah telat waktu.


Keuntungan buat percetakan
Percetakan pada saat yang bersamaan meraih hal-hal positif yang sama seperti halnya pembeli barang cetak. Berkerja dengan pelanggan yang puas dengan "proof" dan tahu atas apa yang diinginkan pastilah suatu yang menyenangkan, sebab mengurangi rasa was-was dan khawatir bila produk cetaknya ditolak dan tidak dibayar.

Dengan "proof" yang jelas, maka mengurangi biaya "make ready", proses awal cetak diatas mesin cetak dalam upaya mencari warna dan registrasi cetak sesuai dengan "proof".

Kenyataan lapangan, suatu percetakan yang terus menerus dapat secara konsisten mencetak suatu proyek cetakan tepat seperti yang diinginkan pelanggan, pasti akan meraih reputasi industri. Standar cetak dapat membuat proses komunikasi dengan pelanggan menjadi efisien dan efektif, dengan kata lain "kalau ngomong nyambung" maka pasti akan disukai pelanggan dan pasar. Percetakan seperti ini sering disebut sebagai percetakan profesional, tentulah mereka biasanya mempunyai keunggulan bersaing.


Beberapa standar cetak
Ada beberapa standar cetak yang umum ditemui saat ini di industri yang dapat dipecah dalam 3 kategori barang cetak;

1. Newsprint - cetak koran
Ada dua standar yaitu ISO 12647-3 dan SNAP

2. Publication - majalah dan publikasi
Ada dua standar cetak yaitu ISO 12647-2 dan SWOP

3. Commercial - brosur, promosi dll
Ada 2 standar cetak yaitu ISO 12647-2 dan GRACoL.



Jumat, 04 Desember 2009

Encyclopedia of Printing















Bingung dengan istilah-istilah di dunia Printing....


Berikut Link
Encyclopedia of Print, semoga dapat bermanfaat bagi yg membutuhkannya :)

salam