Selasa, 23 Maret 2010

Brainstorming


Teknik brainstorming dipopulerkan oleh Alex F. Osborn dalam bukunya Applied Imagination. Istilah brainstorming mungkin istilah yang paling sering digunakan, tetapi juga merupakan teknik yang paling tidak banyak dipahami. Orang menggunakan istilah brainstroming untuk mengacu pada proses untuk menghasilkan ide-ide baru atau proses untuk memecahkan masalah.

Teknik brainstorming adalah teknik untuk menghasilkan gagasan yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik. Kegiatan ini mendorong munculnya banyak gagasan, termasuk gagasan yang nyleneh, liar, dan berani dengan harapan bahwa gagasan tersebut dapat menghasilkan gagasan yang kreatif. Brainstorming sering digunakan dalam diskusi kelompok untuk memecahkan masalah bersama. Brainstorming juga dapat digunakan secara individual.
Sentral dari brainstorming adalah konsep menunda keputusan. Ketentuan dasar dari brainstorming adalah sebagai berikut:

  1. Tunda Keputusan. Jangan melakukan kritik terhadap setiap gagasan yang muncul. Jangan pula melakukan evaluasi terhadap gagasan tersebut. Gagasan dipilih setelah sekian banyak gagasan dilontarkan.
  2. Munculkan sebanyak mungkin gagasan. Munculkan gagasan sebanyak-banyaknya. Gunakan gagasan yang aneh dan lucu untuk merangsang gagasan-gagasan lain yang lebih baik.

Orang umumnya sangat hebat dalam menilai dan mengkritik. Mereka cenderung teralalu cepat menghambil keputusan, tanpa memberi kesempatan suatu gagasan berkembang. Banyak sekali contohnya. JK Rowling sempat ditolak oleh banyak penerbit ketika menawarkan kisah Harry Potter-nya yang sangat laris itu. KFC pernah ditolak berkali-kali sebelum menjadi makanan terkenal seperti sekarang. Percobaan Edison tentang bola lampu listrik telah diprotes oleh rektor sebuah universitas terkenal sebagai kesesatan yang disadari.

Jika Anda menggunakan teknik brainstorming dalam rapat, lakukan langkah-langkah berikut:

  1. Tuliskan permasalahan di papan tulis. Jelaskan masalah tersebut sehingga seluruh perserta rapat memiliki presepsi yang sama.
  2. Persilahkan hadirin menyampaikan gagasannya. Jangan ada kritik, sangahan, atau evaluasi, apapun alasannya.
  3. Munculkan sebanyak mungkin gagasan. Gunakan gagasan orang lain untuk merangsang gagasan kita sendiri. Gunakan gagasan yang aneh, nyleneh, liar, norak, dan berani untuk merangsang gagasan yang lebih baik.
  4. Setelah sejumlah gagasan diperoleh, lakukan evaluasi kritis terhadap gagasan yang ada. Pilihlah gagasan terbaik.

Minggu, 21 Maret 2010

Mengenal dan Memahami Kertas Silk Coated



Nama dan ragam jenis kertas dipasar kadang membuat anda bingung dan tidak tahu peruntukannya. Kata orang kalau tak kenal maka tak sayang. Nama Silk Coated sendiri menunjukkan golongan kertas coated, kertas yang mempunyai lapisan coating dikedua sisinya. Jadi kertas ini jamaknya digunakan dalam cetak komersial seperti selebaran, buku, majalah brosur, kartu pos, folder, iklan dan lain sebagainya. Ketebalan dan gramatur bias tipis dan tebal, tipis biasanya kita sebut Art Paper (sampai 150 gr/m2) dan tebal kita sebut Art Board (170 gr/m2 keatas).

Aspek kilap (gloss)
Coated paper dalam aspek kilap dibagi 3, yaitu gloss, dull dan matte masing dengan tingkat kilap (gloss value) 60% keatas, 30-an % dan 20-an%. Tidak jarang penamaan dull dan matte menjadi rancu, karena perbedaan 10-an% yang tidak banyak banyak beda. Penamaan silk, satin dan velvet kadang kala menambah rancu, namun nama ini merujuk ke tingkat gloss yang rendah, antara 20an-30an%. Bila bingung lebih aman tanya ke suplier atau producer, berapa tingkat kilap kertas yang dimaksud, seperti diketahui setiap jenis kertas yang diproduksi, pabrik kertas mempunyai spesifikasi. Kilap atau gloss adalah salah satu properti kertas yang pasti dan harus ada dalam Coated Paper.

Keuntungan properti
Tentunya tingkat kilap yang rendah lebih ramah terhadap mata, bila digabung dengan tingkat kehalusan (smoothness) yang tinggi maka layaknya sutra, beludru dan satin. Demikianlah pabrik kertas dan salesman berjualan kertas.

Unik
Dengan penampakan yang seperti sutra atau beludru, hasil cetak warna yang berkilap karena tinta sangat kontras dengan kertas yang redup dan sahaja. Jadi menampakkan kesan eksklusif dan berbeda terhadap kertas yang mengkilap “ngejreng”.
Maka tidak heran desainer yang mencari keunikan dan berbeda dengan “mainstream” memilih kertas jenis ini.

Dull Coated and Matte Coated
Terlepas nama pasar dan merek yang dijaja oleh produser atau distributor kertas, maka kertas Matt atau Dull Coated bisa disejajarkan asal mereka mempunyai karakteristik yang kurang lebih sama dengan Coated Silk dalam aspek kilap dan kehalusan.

Ink set-off
Yaitu masalah tinta yang tidak kering setelah cetak, dimana suatu kertas lembar cetak yang mempunyai tinta cetak yang masih belum kering menempel diatas lembar kertas cetak pada saat mereka ditumpuk bersama. Ink set-off sendiri tidak mempunyai korelasi langsung dengan matt dan dull (silk), tetapi lebih merujuk pada sifat penyerapan dan kecepatan kering. Dengan kata lain kertas gloss juga mempunyai kesempatan yang sama untuk menimbulkan ink set-off bila propertinya tidak tepat.

Pendapat ini bermula dari aspek porositas Silk Coated yang relatif lebih besar dibanding dengan Gloss Coated, jadi kertas yang berpori besar lebih menyerap tinta sehingga kemungkinan terjadi Ink Set-off lebih kecil. Namun pendapat ini lebih banyak kebenarannya pada kertas uncoated seperti HVS atau fotokopi dan porositas adalah satu aspek saja dari banyak sifat penyerapan dan pengeringan tinta dikertas.

(kertas grafis)